Senin, 19 November 2007

Gambar Yesus di Hagia Sophia, Istanbul



Hagia Sophia

Gereja Kebijaksanaan Suci atau Hagia Sophia (Άγια Σοφία) dalam bahasa Yunani, Sancta Sophia dalam bahasa Latin atau Ayasofya dalam bahasa Turki, adalah sebuah bekas gereja dan sekarang museum, di Istanbul.

Sejarah

Masa Kekaisaran Bizantium
Sampai tahun 1453, Hagia Sophia ialah gereja katedral (basilika) Bizantium yang dibangun oleh Konstantius, putra Konstantin yang Agung. Gereja ini sering jatuh bangun dihantam gempa, meski bangunannya dibuat berbentuk kubah. Pada 7 Mei 558, di masa Kaisar Justinianus, kubah setelah timur runtuh terkena gempa. Pada 26 Oktober 986, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025, kembali terkena gempa.

Akhirnya renovasi besar-besaran dilakukan agar tak terkena gempa di awal abad ke-14. Keistimewaan bangunan ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tenghnya 30 m. Tinggi dan fundamennya 54 m. Interiornya dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni, dan dindingnya dihiasi ukiran.

Masa Turki Utsmani
Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Jum'atnya langsung diubah menjadi masjid untuk sholat Jum'at.

Di dalam Hagia Sofia, Istanbul, Turki, Juni 1994Berbagai modifikasi terhadap bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan mesjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di selatan. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit.

Lantas selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai mesjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat.

Masa 'Modern'

Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Mulailah proyek "Pembongkaran Hagia Sophia". Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.

Sejak saat itu, Masjid Aya Sofya dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah mempesona.
Surat-surat di Masjid Hagia Sophia

Di sini dipamerkan surat-surat khalifah yang menunjukkan kehebatan khilafah Utsmaniyah dalam menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pencari suaka tanpa pandang bulu. Tertua ialah surat sertifikat tanah yang diberikan tahun 1519 kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kejamnya Inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Al-Andalus. Kemudian surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim kholifah ke sana yang sedang dilanda kelaparan (pasca perang dengan Inggris) abad ke-18. Lalu surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia dan menari eksil kepada kholifah pada 7 Agustus 1709. Surat tertanggal 13 Robi'ul Akhir 1282 H (5 September 1865) yang memberi izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang beremigrasi ke Rusia namun kembali ke wilayah khilafah, karena di Rusia justru mereka sengsara. Yang termutakhir ialah peraturan bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari eksil ke wilayah khilafah pasca Revolusi Bolshevik tertanggal 25 Desember 1920 M.

Di sini dipamerkan sekitar 100 sampel surat yang menakjubkan, baik yang ditujukan maupun yang dikeluarkan kepada kholifah. Sayangnya, yang ditonjolkan ialah bukti jika semua itu seakan merupakan bukti kehebatan bangsa Turki dulu, bukan terpancar dari akidah, syari'at, dan sistem Daulah Khilafah Islam.
.
19 November 2007
Taken from Wikipedia

Rabu, 14 November 2007

Ku Cinta Dia Selamanya

Aku hendak bernyanyi
Bagi Tuhan
Selama aku hidup
Aku hendak ber-mazmur
Bagi Allah-ku
S'lagi aku ada

Biarlah renunganku
Manis kedengaran kepada-Nya
Aku hendak bersukacita
Kar'na Tuhan yang mengasihi aku

Ku bersyukur kepada Tuhan
Ku puji kebesaran nama-Nya
Ku bernyanyi dan ber-mazmur
'Tuk kemuliaan-Nya
Ku bermegah dalam nama-Nya yang kudus
Ku cinta Dia selamanya



14 Nopember '07
(It's an old song, so I do not remember who's the creator of this Song & Lyrics)

Ku Puji Nama Tuhan

Kini ku puji Tuhan
Kini ku puji Tuhan
Kini dan selamanya
Ku puji nama Tuhan

Ku bermazmur pada-Nya
Ku bermazmur pada-Nya
Kini dan selamanya
Ku bermazmur pada-Nya

Yang datang lepaskan daku dari dosa
Tunjukkan padaku jalan hidup yang baka
Dan tinggal t'rus dalamku
Itulah sebabnya
Ku puji nama Tuhan
.
14 November 2007
(Another old song)

Selasa, 13 November 2007

KJ 249


SERIKAT PERSAUDARAAN
.
Serikat persaudaraan berdirilah teguh!
Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu
Bersama-sama majulah dikuatkan iman
Berdamai bersejahtera dengan pengasihan
Serikatmu tetap teguh di atas Alasan
yaitu satu Tuhanmu dan satulah iman
dan satu juga baptisan dan Bapa satulah
yang olehmu sekalian dipuji disembah
Dan masing-masing kamu pun dib'ri anugerah
supaya kamu bertekun dan rajin bekerja
Hendaklah hatimu rendah, tahu Tuhan berpesan
jemaat menurut firman-Nya berkasih-kasihan
.
nico, 13 Nopember '07
"Sakramen Baptis Anak"
Minggu, 21 Oktober 2007

Senin, 12 November 2007

MENELADANI KISAH DAUD

Ketika kita merenungkan Daud, kita akan berpikir bahwa inilah orang yang telah meraih sukses besar dan meraih puncak. Ia seorang pejuang besar dan raja terbesar. Padahal ketika masih muda, ia tidak tampak seperti pejuang atau raja. Dialah yang bungsu dalam keluarganya, dan ketika masih kecil ia tidak terlalu banyak menerima penegasan dari orang-orang di sekelilingnya. Pergumulan terbesar Daud di tahun-tahun awalnya bukanlah melawan beruang atau singa yang ia bunuh ketika melindungi domba-domba ayahnya. Hambatan terbesarnya diciptakan oleh orang-orang yang berusaha membebani keterbatasan terhadapnya. Lihatlah bagaimana orang memandang serta memperlakukan Daud :

Isai sendiri tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi raja

Apakah saudara merasakan kepedihan karena orang tua tidak percaya kepada saudara? Daud pernah merasakannya. Ayah Daud, yaitu Isai, menjadi sangat kegirangan ketika mendengar bahwa nabi Samuel mau datang untuk mengurapi salah seorang puteranya menjadi raja Israel yang berikutnya. Mungkin Isai dan istrinya tidak bisa tidur membicarakan dan merenungkan kualitas masing-masing puteranya. Yang manakah yang akan dipilih Allah?

Ketika Samuel tiba di rumah Isai untuk mengurapi salah seorang puteranya, Isai membariskan putera-putera yang ia anggap berpotensi menjadi raja, kecuali Daud. Isai bahkan tidak mau repot-repot memanggil Daud dari ladang. Dan pada mulanya, sang nabi pun berpikiran seperti Isai. Ia nilai putera-putera Isai itu menurut penampilan mereka. Tetapi Allah berpandangan lain. Kitab Suci menyatakan :

Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya : “Sungguh, dihadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya”. Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel : “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah, manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1 Samuel 16:6-7)

Isai membariskan putera-puteranya dihadapan Samuel, tetapi Allah tidak memilih satu pun di antara mereka. Allah menghendaki Daud, yang mempunyai hati. Sangat menghibur bukan? Mengetahui bahwa Allah menilai kita menurut siapa kita sesungguhnya, seandainya pun keluarga kita tidak.

Saudara-saudara Daud tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi raja

Daud mengalami penolakan serupa dari saudara-saudaranya. Ketika Israel berperang dengan bangsa Filistin, tiga saudara Daud menjadi prajurit. Daud ditinggal di rumah untuk menggembalakan ternak ayahnya. Saat Isai toh mengutus Daud ke medan perang untuk mengantarkan makanan bagi saudara-saudaranya itu serta membawa pulang beritanya, saudara-saudaranya itu malah melecehkannya. Terutama ketika Daud menyampaikan niatnya untuk bertarung melawan Goliat, sementara semua prajurit lainnya ketakutan. Alkitab menyatakan bahwa Eliab, saudara Daud, menjadi marah dan berkata, “Mengapa engkau datang? Dan pada siapa kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu, engkau datang kemari dengan maksud melihat pertempuran” (1 Samuel 17:28). Saudara-saudaranya memandangnya tidak lebih dari anak suruhan, padahal ia mempunyai misi.

Raja Saul sendiri tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi pemenang

Ketika Raja Saul mendengar bahwa ada orang di kamp yang mau bertarung melawan Goliat, iapun memanggilnya. Ia tentu membayangkan veteran berperawakan raksasa untuk menghadapi pejuang Filistin yang tingginya enam hasta sejengkal itu. Ternyata yang datang menghadap hanyalah seorang gembala, yang mengatakan, “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia, hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu”. Jawaban Saul mengungkapkan keraguannya. Katanya kepada Daud, “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit” (1 Samuel 17:32-33).

Goliat sendiri tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi lawannya

Penghinaan terakhir yang dialami Daud terjadi ketika Goliat melihatnya maju untuk bertarung. Orang Filistin yang raksasa ini memandang anak gembala itu dan bereaksi negatif. Kitab suci menyatakan :

Orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?” Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud. Kemudian orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang” (1 Samuel 17:43-44).

Goliat menghina Daud dan bahkan menganggapnya tidak layak untuk dikuburkan secara layak, dan setelah mengucapkan kata-kata itu ia menyerang Daud.

Hikmah dari kisah ini, saudara bisa menentukan kaliber seseorang dari banyaknya penentangan untuk menjadikannya berkecil hati. Daud menghadapi penentangan luar biasa. Semua orang mengatakan Daud tidak berpotensi, TETAPI DAUD SANGGUP :

Mengatasi keluarganya (keterbatasan HUBUNGAN)
Mengatasi orang-orang seperti Raja Saul (keterbatasan KEPEMIMPINAN)
Mengatasi orang-orang seperti Goliat (keterbatasan KETRAMPILAN)

Ia buang segala keterbatasan yang dibebankan kepadanya lalu ia bunuh Goliat. Selanjutnya ia buang keterbatasan yang dibebankan terhadap pasukan Israel dan merekapun berhasil menggempur pasukan Filistin. Kemenangan PRIBADI Daud berubah menjadi kemenangan seluruh BANGSA Israel. Haleluya !


Nico, 12 Nopember 2007
-Disadur dari Running With The Giants by John C. Maxwell-

MENELADANI KISAH YONATAN

Apabila kita sedang merenungkan kisah Daud, janganlah lupa untuk merenungkan pula kisah Yonatan. Yonatan menjadi sahabat akrab Daud begitu Daud berhasil membunuh Goliat. Kitab suci mengatakan :

“Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulangke rumah ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya” (1 Samuel 18:1-4).

Semenjak itu, Yonatan bersedia melakukan apa pun untuk menolong Daud, dan itu baik karena Daud memang akan membutuhkan banyak pertolongan.

* Daud dikeluarkan dari wilayah nyamannya
Pada hari Daud membunuh Goliat, segalanya berubah dalam kehidupannya. Dari seorang anak tidak dikenal, ia menjadi pahlawan, dan dari gembala menjadi pemimpin.

* Raja Saul cemburu terhadap Daud dan terus berusaha menghancurkannya.
Sang raja marah besar ketika rakyat bernyanyi, “Saul mengalahkan musuh beribu-ribu, tetapi Daud berlaksa-laksa”.

* Kehidupan Daud ibarat kereta luncur emosional
Baru Daud memimpin pasukan Israel, tahu-tahu ia sudah harus bersembunyi dari pasukan yang sama sebab Saul mengerahkannya untuk membunuhnya.

* Daud menghadapi banyak tantangan berat.
Daud seringkali kewalahan. Tugas-tugasnya dari sang raja itu sulit dan harapan rakyat sangat tinggi. Tanpa pertolongan, Daud tidak akan tahan. Jadi pada setiap kesempatan, Yonatan menolong Daud.

KUASA GAMBARAN BESAR

Apakah yang memberdayakan Yonatan sehingga mendahulukan Daud ketimbang dirinya? Toh Yonatan adalah pangeran Israel yang berhak mewarisi Tahta. Tetapi semenjak ia berjumpa dengan Daud, Yonatan memahami potensi Daud (tidak seperti Raja Saul, saudara-saudara Daud sendiri, atau bahkan ayahnya sendiri). Yonatan melihat gambaran besarnya.

> Cara Berpikir Yonatan yang Melihat Gambaran Besarnya Itulah yang Memungkinkan Memandang Dirinya Sendiri dari Perspektif yang Benar.

Kemampuan besar pertama melihat gambaran besar (big picture) adalah mampu menilai diri sendiri secara realistik. Kalau saudara “terlalu tinggi”, maka saudara melakukan hal-hal yang hanya memuaskan EGO saja. Kalau saudara “terlalu rendah” menilai, bisa-bisa malah berkecil hati dan melalaikan hal-hal yang seharusnya BISA diperbuat. Ketika Yonatan berjumpa dengan Daud setelah Daud membunuh Goliat, Yonatan sadar bahwa Daud lah yang lebih berpotensi menjadi pemimpin yang lebih baik dari pada dirinya bahkan Saul ayahnya.

> Cara Berpikir yang Melihat Gambaran Besar Itulah yang Memungkinkannya Memandang Orang Lain dari Perspektif yang Benar

Ketika Yonatan memandang dirinya secara realistik, ia bebas memperlakukan sesamanya sebagaimana layaknya. Yonatan tahu bahwa menolong Daud akan menguntungkan kerajaan itu lebih daripada mempromosikan dirinya sendiri sebagai calon raja Israel. Seamentara Raja Saul, ayahnya, terus berusaha memanipulasi situasinya untuk menyingkirkan Daud, Yonatan justru bekerja keras untuk menolong sahabatnya ini.

> Cara Berpikir yang Melihat Gambaran Besar Itulah yang Memungkinkannya Melakukan Kebenaran Menurut Perspektif Allah

Seringkali ambisi pribadi kita mengaburkan petunjuk Allah bagi kehidupan kita. Tetapi karena menguasai gambaran besarnya, Yonatan terbantu memahami apa yang dikehendaki Allah. Walaupun itu tidak menguntungkannya secara pribadi, Yonatan mentaati Allah dan tidak merengek soal hak-haknya sendiri. Yonatan merelakan masa depannya sendiri demi melayani orang yang tepat. HASILNYA? Pemerintahan Raja Daud lah yang terbesar sepanjang sejarah kerajaan Israel.

Hikmah dari kisah Yonatan ini :
* Dibutuhkan banyak pembuat pemimpin seperti Yonatan untuk menjadikan seorang pemimpin.
* Setiap kali saudara berjumpa dengan orang-orang yang berpotensi, saudara harus membuat pilihan.
* Janganlah saudara bermentalkan seperti Raja Saul, seharusnya waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang produktif ketimbang merusak.
* Ketika saudara menolong seorang pemimpin, saudara turut merayakan apa pun yang diraihnya.
* Saudara tidak harus dibarisan depan untuk memberikan dampak. Perkuatlah pemimpin saudara, maka saudara bisa membantu meraih cita-cita bersama.


Nico, 12 Nopember 2007
-Disadur dari Running With The Giants by John C. Maxwell-