Rabu, 03 Oktober 2007

Tanggung Jawab Sosial Gereja -3

Gereja: tempat pembelajaran

11. Pada masa lalu, ujung tombak pekabaran Injil di Indonesia adalah kesehatan dan pendidikan. Memang kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia. Sayang sekali, banyak gereja tidak lagi menaruh perhatian terhadap masalah ini. Kalaupun tidak melalui penyelenggaraan pendidikan formal, mestinya gereja jangan sampai kehilangan fungsinya sebagai tempat pembelajaran bagi warga jemaat, baik dalam masalah iman, maupun dalam masalah sikap hidup secara utuh. Gereja bukan hanya bertugas untuk menyosialisasikan doktrin secara turun-temurun, melainkan harus mampu membelajarkan warga jemaatnya hingga mencapai tingkat kedewasaan iman secara penuh.

12. Kerap kali gereja gagal membangun karakter warga jemaatnya sebagaimana diharapkan, sebab yang terjadi lebih banyak transfer of doctrine and tradition, ketimbang pembentukan kepribadian manusia Kristen yang sesungguhnya. Peribadahan lebih banyak dilakukan sebagai formalitas keagamaan, sementara tugas-tugas pembinaan dan pastoral terabaikan. Akibatnya, kehidupan berjemaat tercerai dari realitas masyarakat. Jemaat merasa tenteram berada dalam kehangatan persekutuannya sendiri secara eksklusif daripada membawa Injil ke luar, kepada dunia. Jika hal tersebut terjadi, berarti gereja kurang berhasil membentuk karakter manusia Kristen secara utuh. Dalam hal ini, peran rohaniwan (termasuk majelis jemaat) sangat menentukan. Rohaniwan seharusnya tidak menempatkan diri di atas menara gading dan menuntut ketaatan mutlak anggota-anggota jemaatnya, tanpa sikap kritis dan kreatif. Sebaliknya, rohaniwan adalah pelayan Tuhan dalam membelajarkan umat-Nya untuk “memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef. 4:12-13). Untuk itu, rohaniwan pun dituntut untuk senantiasa belajar, dalam rangka memperlengkapi diri sebagai pelayan Tuhan yang baik.

13. Dalam rangka pembelajaran dan pemberdayaan warga jemaat, gereja perlu melibatkan warga jemaat dalam kegiatan-kegiatannya, sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk menciptakan gereja yang hidup, rohaniwan tidak seharusnya menempatkan diri sebagai figur sentral yang (menganggap diri) serba mampu, dan melakukan segala hal sendirian (one man show). Sebaliknya, warga jemaat (yang sering disebut kaum awam) haruslah mulai dilibatkan. Dengan demikian maka gereja akan hidup dan berkembang.


Oleh : Drs. Bambang Subandrijo, MTh., MA
Disampaikan dalam Weekend Session
GKJ Tangerang Pepanthan Serpong
22 September 2007

Tidak ada komentar: