Senin, 12 November 2007

MENELADANI KISAH DAUD

Ketika kita merenungkan Daud, kita akan berpikir bahwa inilah orang yang telah meraih sukses besar dan meraih puncak. Ia seorang pejuang besar dan raja terbesar. Padahal ketika masih muda, ia tidak tampak seperti pejuang atau raja. Dialah yang bungsu dalam keluarganya, dan ketika masih kecil ia tidak terlalu banyak menerima penegasan dari orang-orang di sekelilingnya. Pergumulan terbesar Daud di tahun-tahun awalnya bukanlah melawan beruang atau singa yang ia bunuh ketika melindungi domba-domba ayahnya. Hambatan terbesarnya diciptakan oleh orang-orang yang berusaha membebani keterbatasan terhadapnya. Lihatlah bagaimana orang memandang serta memperlakukan Daud :

Isai sendiri tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi raja

Apakah saudara merasakan kepedihan karena orang tua tidak percaya kepada saudara? Daud pernah merasakannya. Ayah Daud, yaitu Isai, menjadi sangat kegirangan ketika mendengar bahwa nabi Samuel mau datang untuk mengurapi salah seorang puteranya menjadi raja Israel yang berikutnya. Mungkin Isai dan istrinya tidak bisa tidur membicarakan dan merenungkan kualitas masing-masing puteranya. Yang manakah yang akan dipilih Allah?

Ketika Samuel tiba di rumah Isai untuk mengurapi salah seorang puteranya, Isai membariskan putera-putera yang ia anggap berpotensi menjadi raja, kecuali Daud. Isai bahkan tidak mau repot-repot memanggil Daud dari ladang. Dan pada mulanya, sang nabi pun berpikiran seperti Isai. Ia nilai putera-putera Isai itu menurut penampilan mereka. Tetapi Allah berpandangan lain. Kitab Suci menyatakan :

Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya : “Sungguh, dihadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya”. Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel : “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah, manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1 Samuel 16:6-7)

Isai membariskan putera-puteranya dihadapan Samuel, tetapi Allah tidak memilih satu pun di antara mereka. Allah menghendaki Daud, yang mempunyai hati. Sangat menghibur bukan? Mengetahui bahwa Allah menilai kita menurut siapa kita sesungguhnya, seandainya pun keluarga kita tidak.

Saudara-saudara Daud tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi raja

Daud mengalami penolakan serupa dari saudara-saudaranya. Ketika Israel berperang dengan bangsa Filistin, tiga saudara Daud menjadi prajurit. Daud ditinggal di rumah untuk menggembalakan ternak ayahnya. Saat Isai toh mengutus Daud ke medan perang untuk mengantarkan makanan bagi saudara-saudaranya itu serta membawa pulang beritanya, saudara-saudaranya itu malah melecehkannya. Terutama ketika Daud menyampaikan niatnya untuk bertarung melawan Goliat, sementara semua prajurit lainnya ketakutan. Alkitab menyatakan bahwa Eliab, saudara Daud, menjadi marah dan berkata, “Mengapa engkau datang? Dan pada siapa kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu, engkau datang kemari dengan maksud melihat pertempuran” (1 Samuel 17:28). Saudara-saudaranya memandangnya tidak lebih dari anak suruhan, padahal ia mempunyai misi.

Raja Saul sendiri tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi pemenang

Ketika Raja Saul mendengar bahwa ada orang di kamp yang mau bertarung melawan Goliat, iapun memanggilnya. Ia tentu membayangkan veteran berperawakan raksasa untuk menghadapi pejuang Filistin yang tingginya enam hasta sejengkal itu. Ternyata yang datang menghadap hanyalah seorang gembala, yang mengatakan, “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia, hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu”. Jawaban Saul mengungkapkan keraguannya. Katanya kepada Daud, “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit” (1 Samuel 17:32-33).

Goliat sendiri tidak menyangka kalau Daud berpotensi menjadi lawannya

Penghinaan terakhir yang dialami Daud terjadi ketika Goliat melihatnya maju untuk bertarung. Orang Filistin yang raksasa ini memandang anak gembala itu dan bereaksi negatif. Kitab suci menyatakan :

Orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?” Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud. Kemudian orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang” (1 Samuel 17:43-44).

Goliat menghina Daud dan bahkan menganggapnya tidak layak untuk dikuburkan secara layak, dan setelah mengucapkan kata-kata itu ia menyerang Daud.

Hikmah dari kisah ini, saudara bisa menentukan kaliber seseorang dari banyaknya penentangan untuk menjadikannya berkecil hati. Daud menghadapi penentangan luar biasa. Semua orang mengatakan Daud tidak berpotensi, TETAPI DAUD SANGGUP :

Mengatasi keluarganya (keterbatasan HUBUNGAN)
Mengatasi orang-orang seperti Raja Saul (keterbatasan KEPEMIMPINAN)
Mengatasi orang-orang seperti Goliat (keterbatasan KETRAMPILAN)

Ia buang segala keterbatasan yang dibebankan kepadanya lalu ia bunuh Goliat. Selanjutnya ia buang keterbatasan yang dibebankan terhadap pasukan Israel dan merekapun berhasil menggempur pasukan Filistin. Kemenangan PRIBADI Daud berubah menjadi kemenangan seluruh BANGSA Israel. Haleluya !


Nico, 12 Nopember 2007
-Disadur dari Running With The Giants by John C. Maxwell-

Tidak ada komentar: