Senin, 12 November 2007

MENELADANI KISAH YONATAN

Apabila kita sedang merenungkan kisah Daud, janganlah lupa untuk merenungkan pula kisah Yonatan. Yonatan menjadi sahabat akrab Daud begitu Daud berhasil membunuh Goliat. Kitab suci mengatakan :

“Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulangke rumah ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya” (1 Samuel 18:1-4).

Semenjak itu, Yonatan bersedia melakukan apa pun untuk menolong Daud, dan itu baik karena Daud memang akan membutuhkan banyak pertolongan.

* Daud dikeluarkan dari wilayah nyamannya
Pada hari Daud membunuh Goliat, segalanya berubah dalam kehidupannya. Dari seorang anak tidak dikenal, ia menjadi pahlawan, dan dari gembala menjadi pemimpin.

* Raja Saul cemburu terhadap Daud dan terus berusaha menghancurkannya.
Sang raja marah besar ketika rakyat bernyanyi, “Saul mengalahkan musuh beribu-ribu, tetapi Daud berlaksa-laksa”.

* Kehidupan Daud ibarat kereta luncur emosional
Baru Daud memimpin pasukan Israel, tahu-tahu ia sudah harus bersembunyi dari pasukan yang sama sebab Saul mengerahkannya untuk membunuhnya.

* Daud menghadapi banyak tantangan berat.
Daud seringkali kewalahan. Tugas-tugasnya dari sang raja itu sulit dan harapan rakyat sangat tinggi. Tanpa pertolongan, Daud tidak akan tahan. Jadi pada setiap kesempatan, Yonatan menolong Daud.

KUASA GAMBARAN BESAR

Apakah yang memberdayakan Yonatan sehingga mendahulukan Daud ketimbang dirinya? Toh Yonatan adalah pangeran Israel yang berhak mewarisi Tahta. Tetapi semenjak ia berjumpa dengan Daud, Yonatan memahami potensi Daud (tidak seperti Raja Saul, saudara-saudara Daud sendiri, atau bahkan ayahnya sendiri). Yonatan melihat gambaran besarnya.

> Cara Berpikir Yonatan yang Melihat Gambaran Besarnya Itulah yang Memungkinkan Memandang Dirinya Sendiri dari Perspektif yang Benar.

Kemampuan besar pertama melihat gambaran besar (big picture) adalah mampu menilai diri sendiri secara realistik. Kalau saudara “terlalu tinggi”, maka saudara melakukan hal-hal yang hanya memuaskan EGO saja. Kalau saudara “terlalu rendah” menilai, bisa-bisa malah berkecil hati dan melalaikan hal-hal yang seharusnya BISA diperbuat. Ketika Yonatan berjumpa dengan Daud setelah Daud membunuh Goliat, Yonatan sadar bahwa Daud lah yang lebih berpotensi menjadi pemimpin yang lebih baik dari pada dirinya bahkan Saul ayahnya.

> Cara Berpikir yang Melihat Gambaran Besar Itulah yang Memungkinkannya Memandang Orang Lain dari Perspektif yang Benar

Ketika Yonatan memandang dirinya secara realistik, ia bebas memperlakukan sesamanya sebagaimana layaknya. Yonatan tahu bahwa menolong Daud akan menguntungkan kerajaan itu lebih daripada mempromosikan dirinya sendiri sebagai calon raja Israel. Seamentara Raja Saul, ayahnya, terus berusaha memanipulasi situasinya untuk menyingkirkan Daud, Yonatan justru bekerja keras untuk menolong sahabatnya ini.

> Cara Berpikir yang Melihat Gambaran Besar Itulah yang Memungkinkannya Melakukan Kebenaran Menurut Perspektif Allah

Seringkali ambisi pribadi kita mengaburkan petunjuk Allah bagi kehidupan kita. Tetapi karena menguasai gambaran besarnya, Yonatan terbantu memahami apa yang dikehendaki Allah. Walaupun itu tidak menguntungkannya secara pribadi, Yonatan mentaati Allah dan tidak merengek soal hak-haknya sendiri. Yonatan merelakan masa depannya sendiri demi melayani orang yang tepat. HASILNYA? Pemerintahan Raja Daud lah yang terbesar sepanjang sejarah kerajaan Israel.

Hikmah dari kisah Yonatan ini :
* Dibutuhkan banyak pembuat pemimpin seperti Yonatan untuk menjadikan seorang pemimpin.
* Setiap kali saudara berjumpa dengan orang-orang yang berpotensi, saudara harus membuat pilihan.
* Janganlah saudara bermentalkan seperti Raja Saul, seharusnya waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang produktif ketimbang merusak.
* Ketika saudara menolong seorang pemimpin, saudara turut merayakan apa pun yang diraihnya.
* Saudara tidak harus dibarisan depan untuk memberikan dampak. Perkuatlah pemimpin saudara, maka saudara bisa membantu meraih cita-cita bersama.


Nico, 12 Nopember 2007
-Disadur dari Running With The Giants by John C. Maxwell-

Tidak ada komentar: