Kamis, 11 Oktober 2007

nDeso Katrok...

Wong nDeso katrok, adalah ungkapan yang melekat pada sosok Tukul Arwana. Tukul Arwana sekarang melejit pamornya karena mengekspos ke-ndesoan-nya di acara Empat Mata - Trans 7.

Biasanya orang di jaman sekarang akan mengangkat ke-modernan-nya dalam memposisikan diri, organisasi, atau produknya agar lebih mudah aktifitas marketingnya. Mengingat sekarang era globalisasi dan dunia sudah borderless.

Team Empat Mata cukup sukses melakukan re-positioning yang kreatif dengan memasang Tukul Arwana sebagai Host-nya. Tukul yang ndeso tidak minder kepada para bintang tamu yang cantik-cantik dan sexy tentunya. Padahal Bahasa Inggris si-Tukul jelas sangat parah. Situasi ini cukup kontras dengan gaya pergaulan metropolitan yang sok ke-inggris-inggrisan.

Saya jadi teringat pada tahun 2005 sebelum ada acara Empat Mata di Trans 7, kami juga melakukan re-posiotining pada lomba vocal group dalam rangka MPDK 2005 di GKJ Tangerang. Kami tampil dengan nDeso Style, baik seragam, gaya, maupun arransement-nya.

Diluar dugaan, VG Pepanthan Serpong tampil sebagai juara 1. Piala yang dibawa pulang bertambah 1 lagi karena juga menyabet VG dengan Kostum dan Penampilan Terbaik. Walaupun ini cuma lomba tingkat GKJ Tangerang, namun strategi re-positioning tetap dipikirkan matang-matang. nDeso yo ndeso, ning apik polesanne.

Jadi Anda jangan pernah minder jadi wong ndeso katrok,
yang penting kreatif dan berkualitas he he he...


11 Oktober '07
nb: Sing ndeso iku sakjane yo p. Engel, trus ajak-ajak liyane he he he...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak nico. urun pendapat ya. aku juga suka nonton 4 mata. lama2 ada yg mengganjal dalam pikiran saya. mungkin bisa jadi reposisi jadi trend mode. namun sebenarnya justru saya melihat yg sebaliknya. spirit yg ada pada 4 mata lebih pada establisisasi mental sok modern. yg katrok dan ndeso justru lebih sering jadi ledekan. keberhasilan tim kreatif 4 mata menurut saya karena berhasilnya dieksplorasinya sikap atau perilaku ndeso. dan dg adanya olokan dan ejekan baik oleh tukul maupun penonton, jadi semakin tereksploitatip. ending yg diberikan tukul dlm penutupan acara: just kiding, tidak bermaksud melecehkan..dll. itu kontra dg yg terjadi dlm seluruh stage 4 mata. saya jadi teringat model dagelan gaya ketoprak atau ludruk/srimulat. selalu ada victim/korban yg dilecehkan. beda kalo kita lihat lawakan barat yg menjauhi unsur adanya korban. jadi menurut saya tukul dan tim kreatif 4 mata mampu memindahkan model lawakan model lama dlm acara talkshow. yang perlu kita pikirkan adalah: mengapa orang indonesia, khususnya orang jawa suka model lawakan eksploitatif. apakah ini wujud kompensasi atas penindasan yg begitu lama dirasakan pada jaman penjajahan? ini tugas sosiolog dan antropolog.

nico mengatakan...

P. Setyo,
maaf terlambat ngebalesin komentarnya..

Kalau kita mengamati host TV Entertaintment, maka hampir semuanya artis cakep atau cantik. Mereka biasanya melalui audisi dan biasanya yang fasih berbahasa Inggris yang menjadi pilihan. Mereka juga punya bekal ilmu MC atau public speaking.

Team 4 Mata memilih Tukul sebagai host itu merupakan keberanian tersendiri. Sudah jelek he he he... nDeso dan bahasa Inggris-nya ancur-ancuran.. Ini yang saya maksud dengan re-positioning. Tidak mengikuti arus atau trend saat ini.

Kebalikan dari re-positioning adalah Me-Too strategy.. Apa yang menjadi trend saat itu, akan diikuti. Me-Too strategy ini relative lebih aman, tentunya bagi investor suatu program, tapi tidak akan menciptakan hal baru.

Sementara re-positioning cukup mengandung resiko, resiko gagal.

Jadi Low Risk - Low Return sebaliknya High Risk - High Return.

4 Mata cukup sukses sebagai program yang High-Risk/High-Return..

nuwun....