Rabu, 26 September 2007

BERTEMAN

Beberapa tahun yang lalu seorang teman berkata kepada saya : “Jika kita bergaul dengan sopir angkot, maka profesi kita nggak jauh-jauh dari sopir angkot”. “Jika kita bergaul dengan pedagang mie rebus, maka bisnis kita tidak jauh dari mie rebus”. “Sementara kalau kita mau bergaul dengan bisnisman yang sudah menggurita perusahaannya, kita berpeluang besar menjadi seorang juragan”. Dalam konteks pergaulan dan tataran membangun networking, saya sependapat dengan teman saya itu. Karena lingkungan pergaulan bisa menjadi rekanan, sparing partner sekaligus tentor dalam membangun sebuah usaha.

Dalam konteks yang lain, jika kita bergaul dengan orang bebal maka kitapun bisa menjadi bebal. Bahkan jika kita bergaul dengan orang jahat pun, kita bisa ikutan jahat. Pada masa seseorang belum dewasa dan belum mempunyai visi-misi hidupnya, alangkah kurang bijaknya orang tersebut jika bergaul terlalu akrab dengan komunitas yang penuh dengan kebebalan dan kejahatan ini. Saya sepenuhnya sependapat dan menyetujui paparan ini.

Lalu dengan siapa saja kita bisa berteman?

Tuhan sudah mengajarkan kepada kita melalui kisah orang Samaria yang murah hati. Sangat jelas tersirat pada kisah ini, siapakah sesama kita. Berdasarkan kisah inilah, saya meyakini bahwa sudah seharusnya kita bisa berteman dengan semua orang dari berbagai golongan bahkan keyakinannya. Bahkan dengan berteman dengan orang lain yang berbeda prinsip, kita bisa menimba wawasan sekaligus menyampaikan kabar kasih Tuhan. Kesempatan untuk menggarami dan bersinar untuk sesama, benar-benar terbuka lebar untuk kita.

Oleh karena itu, mari kita perbanyak teman dalam kehidupan kita.


Jakarta, 25 Sept. '07
inspired by Luke 10:25-36

1 komentar:

SoTHya mengatakan...

Benar juga ya nick....kalo berteman emang harus selektif.....biar nggak kebablasan....