Kamis, 27 September 2007

Saya akan Injili setan di pohon kelapa gading-ku !

Di halaman depan rumahku pernah tumbuh satu pohon pepaya. Pohon itu tumbuh dari biji-biji pepaya yang disebarkan oleh pembantu rumah tanggaku.

Pada suatu hari ada kerabat yang berkunjung ke rumahku. Kerabatku ini bilang bahwa tidak baik ada pohon pepaya tumbuh di depan rumah. Karena kata pepaya itu berasal dari kata paya = payah. Jadi kalau ada pohon pepaya tumbuh di depan rumah, maka penghuni rumah itu bisa menjadi payah segalanya. Pohon itu akhirnya saya tebang mengingat masukan dari kerabat itu. Toh juga belum terlalu besar dan memang belum berbuah.

Ditempat bekas pohon pepaya itu ditebang, akhirnya saya tanami tunas kelapa gading yang saya beli dari pedagang tanaman di sekitar perumahanku. Saya membayangkan kelak pas udara siang hari sedang panas-panasnya, maka tinggal memetik buah kelapa gading di depan rumah saja. Praktis, enak dan segar.

Suatu ketika kerabatku berkunjung lagi ke rumahku. Kembali pohon di depan rumahku dikomentari. “Pohon kelapa gading kok ditanam di depan rumah, itu tempatnya setan!” Konon setan senang sekali tinggal di pohon kelapa gading. Bahkan setan-setan yang berkeliaran di sekitar perumahan akan senang untuk singgah atau mampir di pohon kelapa gading itu. Aku berpikir : “Apa perlu aku tebang lagi?” “Alangkah sayangnya tunas kelapa gading yang sudah tumbuh ini kalau harus di tebang”.

Akhirnya aku bersikap begini :

Kalau ternyata nanti pohon kelapa gadingku benar-benar menjadi tempat persinggahan dan rumah setan, saya santai-santai sajalah. Anggap aja ada tambahan teman di saat sedang santai di teras pada malam hari. Bahkan saya akan bisa mengaplikasikan visi rohaniku, untuk mengkabarkan kasih dan keselamatan. Oleh karena itu : “Saya akan Injili setan di pohon kelapa gading-ku !”.

27 Sept. ‘07

Tidak ada komentar: